Naufal Pranasetyo 05111540000057
Project Management Life Cycle - Contingencies
Proyek konstruksi memiliki sifat yang unik, kompleks dan selalu diliputi oleh berbagai
macam ketidakpastian dalam pelaksanaaannya. Karena itu konstruksi sering dianggap sebagai bidang yang beresiko tinggi. Resiko tidak bisa dihilangkan, tapi bisa diminimalkan,
ditransfer atau dikelola oleh kontraktor (Mills 2001).
Untuk resiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contigency plan haruslah sesuai dengan proposional terhadap dampak resiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi resiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa skenario memang membutuhkan full contingency plan, tergantung pada proyeknya. Dalam siklus hidup sebuah proyek, terdapat sejumlah biaya yang ditambahkan dari biaya yg sebenarnya dibutuhkan, untuk menutupi kemungkinan adanya pengeluaran yang mendadak atau tidak pasti.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko proyek yakni:
Untuk resiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contigency plan haruslah sesuai dengan proposional terhadap dampak resiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi resiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa skenario memang membutuhkan full contingency plan, tergantung pada proyeknya. Dalam siklus hidup sebuah proyek, terdapat sejumlah biaya yang ditambahkan dari biaya yg sebenarnya dibutuhkan, untuk menutupi kemungkinan adanya pengeluaran yang mendadak atau tidak pasti.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko proyek yakni:
- Identifikasi, analisis dan penilaian risiko di awal proyek secara sistematis serta mengembangkan rencana untuk mengantisipasi risiko.
- Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko
- Memastikan bahwa biaya penanganan risiko adalah cukup kecil dibanding nilai proyek. Artinya bahwa biaya yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari suatu risiko realatif lebih rendah atau sama dengan besaran manfaat dari terhindarnya/ berkurangnya risiko tersebut
Proyeksi risiko yang disebut juga perkiraan risiko, berusaha menjangkau setiap risiko dalam dua cara – kemungkinan atau probabilitas di mana risiko adalah nyata dan konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko, yang harus terjadi. Perencana proyek bersama dengan manajer dan staf teknik lain, melakukan empat aktivitas proyeksi risiko :
- membangun suatu skala yang merefleksikan kemungkinan risiko yang dirasakan
- menggambarkan konsekuensi risiko
- memperkirakan pengaruh risiko pada proyek dan produk
- mencatat keseluruhan akurasi proyeksi risiko sehingga tidak akan ada kesalahpahaman.
Hal ini dapar dilakukan dengan mengembangkan tabel risiko terlebih dahulu, seperti:
Risiko
|
Kategori
|
Prob.
|
Pengaruh
|
RMMM
|
Estimasi ukuran rendah secara signifikan
|
PS
|
60%
|
2
| |
Jumlah pemakai lebih besar dari yang diharapkan
|
PS
|
30%
|
3
| |
Pemakaian ulang lebih rendah dari yang diharapkan
|
PS
|
70%
|
2
| |
Pemakai akhir menolak sistem
|
BU
|
40%
|
3
| |
Deadline pengiriman akan diperketat
|
BU
|
50%
|
2
| |
Pendanaan dihapuskan
|
CU
|
40%
|
1
| |
Pelanggan akan mengubah kebutuhan
|
PS
|
80%
|
2
| |
Teknologi tidak memenuhi harapan
|
TE
|
30%
|
1
| |
Kurangnya pelatihan pada peranti
|
DE
|
80%
|
3
| |
Staf tidak berpengalaman
|
ST
|
30%
|
2
| |
Turnover staf tinggi
|
ST
|
60%
|
2
|
Contoh Manajemen Proyek Kontingensi
0 comments:
Post a Comment